Kamis, 17 September 2009

Teladan Umar Bin Khatab

Teladan yang dapat diambil dari Khalifah Umar bin Khattab. Pernah suatu malam Auza’iy ‘memergoki’ Khalifah Umar bin Khattab masuk rumah seseorang. Ketika keesokan harinya Auza’iy datang ke rumah itu, ternyata penghuninya seorang janda tua yang buta dan sedang menderita sakit. Janda itu mengatakan, bahwa tiap malam ada orang yang datang kerumahnya untuk mengirim makanan dan obat-obatan. Tetapi janda tua itu tidak pernah tahu siapa orang tersebut! Padahal orang yang mengunjunginya tiap malam tersebut tak lain adalah Khalifah yang selama ini sangat ia kagumi.
Pada kisah lainnya, Khalifah Umar berjalan di tengah malam berkeliling perkampungan untuk mengetahui kondisi rakyatnya. Kemudian ia mendapati sebuah gubuk reot dan terdengar suara tangis anak-anak di dalamnya. Dari celah gubuk reot itu beliau melihat seorang ibu yang tengah berusaha menenangkan anaknya yang menangis karena kelaparan. Rupanya anaknya menagis karena kelaparan sementara sang ibu tidak memiliki apapun untuk dimasak malam itu.
Umar mendengar si Ibu berkata kepada anaknya. “Berhentilah menagis, sebentar lagi makanannya matang”. Namun kemudian Umar terperanjat ketika melihat bahwa yang dimasak oleh ibu itu adalah sebuah batu. Sandiwara sang ibu yang berpura-pura memasak itu hanya untuk merendam tangis anaknya yang tak henti karena rasa lapar. Melihat pemandangan itu Umar sangat sedih dan merasa berdosa. Ditemani pengawalnya, Umar pergi ke gudang penyimpann makanan negara dan mengangkut sendiri karung gandum. “Ijinkan saya yang akan membawa dan memanggulnya gandum itu” pinta sang pengawal. “Biarlah aku yang mengangkat dan memanggul gandum ini. Ini adalah tanggung jawabku. Dan aku akan menebus dosa-dosaku yang telah menyengsarakan rakyatku” kilah Umar bin Khattab.
Begitulah contoh teladan Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab. Semoga pemimpin negeri ini memiliki karakteristik seperti khalifah terebut. Bukan untuk mencari kedudukan semata dan hanya menyusahkan rakyat kecil, mengambil hak yang bukan miliknya aliaz korupsi. Tetapi benar-benar ikhlas ingin memimpin negeri ini.

Kamis, 27 Agustus 2009

Di Monas

Sekitar jam 6, saya langsung bertolak ke Monas, setelah sebelumnya ngulet-ngulet dulu di tempat tidur. Off me go!

Hari ini, car free day, jadi mobil atau motor tidak akan lewat jalan Sudirman-Thamrin. Well, yeah. Memang jadi sepi, bisa guling-gulingan di jalan. ^^V Busway sih masih beroperasi, tapi yang lainnya tidak, jadi inilah saat kami para pedestrian dan pengguna sepeda berkuasa di jalan. *ketawa setan*

Foto di samping menunjukkan Monas yang terlihat dari jalan di sekitar bundaran apa tu namanya? Yang deket patung kuda itu lah pokoknya. Hehehe... Di deket situ memang mobil dan motor boleh beroperasi, tapi ke sanaan lagi ngga. *susah ya pahaminnya?*

Dari sana, masuklah saya ke areal Monas. Di sana orangnya gila-gilaan banyaknya, liburan sekolah dan hari libur masalahnya, jadi wajar orangnya banyak. Kalau udah gitu, biasanya akan kelihatan sifat aslinya sebagian besar orang Jakarta (khususnya) dan Indonesia (umumnya). Yep, sampah. Orang banyak, berarti sampahnya juga banyak. Sampahnya dibuang sembarangan sih.

Saya terkadang suka heran aja sama orang-orang kita kebanyakan. Kenapa? Karena biasanya kalau sudah banjir yang disalahkan nanti pemerintah, karena kanal belum beres lah, sistem ga pasti, penanganan ga jelas dan segala macamnya. Lucunya, tidakkah kita sadar bahwa sebenarnya penyebab banjir sendiri adalah kita-kita ini? Orang-orang yang suka buang sampah sembarangan, yang buang sampah ga tau tempat, di kali lah, di got lah, pokoknya seenaknya aja. Kan justru itu yang menyebabkan kita malah kebanjiran? Jadi, jangan salahkan pemerintah dong. Lihat dulu, sudahkah kita menjadi warga masyarakat yang baik dengan membuang sampah pada tempat sampah? Kelihatan kan di foto itu ada banyak sampahnya?

Well, balik ke laporannya. Saya setelah sampai di areal Monas, terus saya lari keliling Monas sekitar dua kali (setengah jalan juga sih) sambil foto-foto (as usual). Lumayan panas juga akhirnya, karena matahari pun mulai meninggi. Tapi, itu semua tidak menyurutkan saya untuk terus jalan dan foto-foto. Hehehe...

Setelah lumayan lelah berlari, saya coba ke pinggir-pinggir untuk mencari sesuatu yang bagus untuk difoto. Dapet beberapa, misalnya yang disamping ini. Ada tiga orang yang sedang berdiri, sedikit menekuk kakinya, memejamkan mata dan tangan dikedepankan seperti sedang memegang sebuah bola. Mereka begitu untuk beberapa lama, karena bosan ya saya tinggal. Saya cuma ga tahu itu mereka lagi ngapain ya?

Terus saya coba jalan ke bagian yang agak rimbun situ. Di situ, saya baru sadar ternyata ada tempat exercise-nya ya? Iya, ada tempat untuk bantu sit-up, palang gymanstic dan lain-lain. Kaya'nya seru. Tadinya ingin dicoba, tapi rame, ga jadi deh. Tuh, yang kaya' foto di samping. Ada ibu-ibu yang lagi menaruh anaknya di tempat itu, entah buat olahraga apa. Tapi, sama anak itu malah dijadikan seluncuran. Yah, pokoknya seru deh di situ kaya'nya.

Di hari libur begini, biasanya banyak sekali orang yang berolahraga, tak terkecuali yang bersepeda. Itu juga salah satu yang saya jadikan sasaran untuk difoto. Seru deh pokoknya. Salah satu yang paling aneh adalah yang di samping ini. Sekilas nampak seperti sepeda biasa, tapi ternyata oh ternyata, sepeda itu sudah mengalami modifikasi sedemikian rupa sehingga memiliki semacam sound system yang luar biasa. Lagu yang dipasang pun tidak tanggung-tanggung, semacam lagu dangdut dan/atau remix gitu. Lucu sih, bisa jadi buat orang semangat untuk lari.

Sekian.....



Minggu, 19 April 2009

Cerdas?

Menjadi cerdas tidak berarti mengetahui segala jawaban. Terkadang, jawaban paling cerdas yang anda dapat katakan adalah “Saya Tidak Tahu”. Diperlukan rasa percaya diri dan kecerdasan extra untuk mengetahui ketidaktahuan anda. Dan saat anda melakukannya, anda sedang dalam proses mempelajari jawaban sesungguhnya.

Seringkali karena alasan kebanggaan dan mencegah rasa tidak aman, kita mengatakan tahu, padahal sebenarnya kita tidak tahu. Lewat cara ini, kita telah menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar lebih lanjut. Percayalah, tidak ada salahnya anda tidak mengetahui suatu hal.

Bagian penting dari kebijaksanaan adalah mengetahui batas pengetahuan anda. Mengetahui apa yang anda tahu dan apa yang anda tidak tahu. Orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang tahu dan mengerti, bahwa tak semua pertanyaan dapat ia jawab. Orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang mau bertanya, mau belajar dan mau bertumbuh.

Gunakan pengetahuan yang anda miliki, dan miliki pengetahuan yng anda perlukan. Itu adalah jalan terbaik yang anda bisa tempuh.